Diberdayakan oleh Blogger.

musik

musik

musik

Free Music Sites
Free Music Online

free music at divine-music.info

musik2

Free Music Sites Free Music Online free music at divine-music.info

jam

RSS

Sejarah umum seni lukis

Zaman prasejarah

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.

Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
  • Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
  • Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.

Seni lukis zaman pertengahan

-
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).

Seni lukis zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:

Art nouveau

Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin. Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, biaya pembuatannya akan menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.

Sejarah seni lukis di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

Aliran seni lukis

Surrealisme

Lukisan aliran surrealisme ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi dan sebenarnya bentuk dari gudang fikiran bawah sadar manusia. Pelukis berusaha untuk membebaskan fikirannya dari bentuk fikiran logis kemudian menuangkan setiap bagian dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu, yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah Salvador Dali

Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.

Plural painting

Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan berpijak pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi mempergunakan idiom-idiom yang bersifat: multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style..

Aliran lain

Abstraksi

Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya. Abstraksi disebut juga sebagai salah satu aliran yang terdapat di dalam seni lukis.

Pelukis terkenal Indonesia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Karya: 
Denny Sassen
Indonesia terdiri dari pulau-pulau, bermacam-macam budaya dan keseniannya...macam-macam karakter dan ikon-ikon  budaya yang patut kita banggakan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1. TARI BALI





Kesenian tari bali ini memang sangat di kagumi oleh banyak wisatawan asing seperti wisatawan dari AS, Tailan, Australia, Jerman, Jepang dan juga Cina, karena mereka suka dengan tarian anak bangsa indonesia yang semakin tersohor karena karya kesenian tari mereka ini. Banyak sekali turis yang mau berkunjung untuk bisa belajar tari bali karena mereka suka sekali dengan cerita dan juga pertunjukan seni bali itu sendiri, bali sangat banyak di temui sanggar tari apa itu tari seperti tari leak atau tari legong yang sudah sangat terkenal sekali.


Tari bali adalah tarian yang mengisahkan berdirinya bali dan juga persembahan di mana sangang maha widi memberikan petunjuga bagi manusia agar bisa beriman dan juga ada yang memceritakan bagaimana angkara murka bisa di basmi seperti kisah ramah sinta. Unsur tari bali ini di angkat dari cerita rakyat yang sudah di anut turun temurun hingga saat ini masi sangat di budi dayakan karena karya seni bali di yakini bisa mempunyai nilai seni megis yang bisa mengusir angkara murka di kehidupan mereka.
Karya seni tari bali bukan seperti kita memainkan game ayodance dan juga memberikan rahasia blogging karena karya seni tari bali ini sudah di wariskan turun temurun dari nenek moyang bangsa indonesia dan mempunyai arti tersendiri bagi rakyat bali, Memang saya akui bali bisa memberikan ketentraman bagi orang-orang yang berpariwisata di sana karena di sana memberikan fasilitas yang bebas dan juga harus bisa mematuhi adat setempat.


Yang penting sih bagi saya bisa memberikan yang terbaik seperti kesenian tari bali yang selalu menyambut kedatangan paraturis luar negeri atau dalam negeri yang selalu beta untuk bisa berlama-lama di pulau dewata itu.


2. TARI SAMAN




Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai tarian unik ini.


Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah dan dakwah.
Berikut contoh sepenggal syair dalam tari Saman:


Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge.


Artinya:


Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.


Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.


3. TARI REOG BLITAR dan MERAK




Di awal musim gugur tahun ini, mulai tanggal 28 September hingga 3 Oktober 2011, di Korea, tepatnya di kota Cheonan dilangsungkan Festival Tari Dunia yang dikenal dengan nama “Cheonan World Dance Festival“. Cheonan terletak di sebelah selatan Seol dan bisa ditempuh dengan kereta, subway atau bis dengan memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit.


Festival tahunan di Cheonan ini juga dilombakan sehingga masing2 peserta punya kesempatan mendapatkan penghargaan. Selain Indonesia ada sekita 22 negara ikut serta didalamnya. Dibawah pimpinan Ida Riyanti dan wakil dari Blitar yaitu Wima B ( ketua Dewan Kesenian daerah Blitar ) , Indonesia mengirimkan sejumlah 21 penari, dengan menampilkan group Reog Blitar dan berkolaborasi dengan beberapa siswa/i dari SMA 7o Jakarta. Rombongan ini sudah dipersiapkan sebelumnya di Laboratorium Tari Indonesia pimpinan Ibu Wiwiek Widyastuti, yang juga ikut serta sebagai penasehat.


Sebelum pentas tari di panggung, semua peserta ikut dalam parade di jalan utama di kota Cheonan, sehingga para pengunjung berkesempatan melihat semua tarian dari dekat dan bahkan sempat berfoto bersama. Bahkan antar peserta/penari juga berkesempatan untuk berfoto bersama, kesempatan inilah yang justru diluar acara tertulis yang membuat suasana menjadi gembira. Dari Indonesia selain tari reog, ada juga tari merak. Penari merak ini saat parade agak merasa dingin dengan pakaian yang tipis, mengingat udara sudah agak dingin sekitar 20 derajat Celcius waktu parade. Untunglah setelah parade selesai tidak ada penari yang sakit, sehingga bisa mengikuti lomba di hari berikutnya.


Penampilan tari Reog dan tari Merak, rupanya cukup memukau penonton dan juga para juri, sehingga team Indonesia bisa memasuki tahap kedua, tahap final. Pada hari terakhir Festival, group atau rombongan tari dari Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai Juara Harapan Dua, atau nomor urutan 5. Wakil dari Indonesia berhak mendapatkan piala.


Setelah perlombaan, semua peserta dan rombongan diberi kesempatan untuk makan bersama dengan Walikota Cheonan. Rombongan tari dari Indoensia sudah selamat kembali ke tanah air dengan banyak kenangan pengalaman sebagai wakil dan memperkenalkan Indonesia ke seluruh dunia, meski saat berangkat di Indonesia sendiri waktu itu sedang ramai dengan kasus bom di kota Solo.


Terasa sekali memang budaya bisa menyambung ke semua orang di dunia ini dan budaya juga memberikan kegembiraan dan membuat suasana damai. Semoga damai juga selalu ada di Indonesia dan seluruh dunia, trimakasih dan selamat untuk para peserta semua yang berangkat ke Cheonan.


4. TARI PENDET




Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura, sebuah tempat ibadat bagi umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Rindi. Rindi merupakan maestro tari yang dikenal luas sebagai penggubah tari pendet sakral yang bisa di pentaskan di pura setiap upacara keagamaan. Tari pendet juga bisa berfungsi sebagai tari penyambutan. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “tarian ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.


Wayan Rindi adalah penekun seni tari yang dikenal karena kemampuannya menggubah tari dan melestarikan seni melalui pembelajaran pada generasi penerusnya. Salah satunya terekam dalam beragam foto semasa hidupnya yang aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari pendet pada keturunan keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya. Menurut anak bungsunya, Ketut Sutapa, Wayan Rindi memodifikasi tari pendet sakral menjadi tari pendet penyambutan yang kini diklaim Malaysia. Rindi menciptakan tari pendet ini sekitar tahun 1950. Meski dimodifikasi, namun semua busana dan unsur gerakan tarinya tetap mengacu pada pakem seni Bali yang dikenal khas dan dinamis.


Diyakini bahwa tari Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.


Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.






SUMBER

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


  • 1885


    • News: Kassian Cephas (15 Februari 1844 - 1912) dapat dianggap sebagai pelopor fotografi Indonesia. Ia adalah seorang pribumi yang kemudian diangkat anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.
      Cephas lahir dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama Frederik Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella Steven. Cephas mulai belajar menjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia sempat magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah sekitar tahun 1863-1875. Tapi berita kematian Cephas di tahun 1912 menyebutkan bahwa ia belajar fotografi kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik.
      Publikasi luas foto-foto Cephas dimulai pada tahun 1888 ketika ia membantu membuat foto-foto untuk buku karya Isaäc Groneman, seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang budaya Jawa, yang berjudul: In den Kedaton te Jogjakarta. Pada buku karya Groneman yang lain: De Garebeg's te Ngajogjakarta, karya-karya foto Cephas juga ada disitu.
      Dengan kamera barunya yang bisa dipakai untuk membuat "photographe instanee", Cephas mulai menjual karya-karya fotonya. Sejak itu karya-karyanya mulai dikenal dan dipakai sebagai suvenir atau oleh-oleh bagi para masyarakat elit Belanda ketika mereka akan pergi ke luar kota atau ke Eropa. Misalnya ketika JM. Pijnaker Hordijk, pemilik sewa dan seorang Vrijmetselaar terkemuka akan meninggalkan Yogyakarta, ia diberi hadiah album indah berisi kompilasi karya-karya foto Cephas dengan cover indah yang dilukis oleh Cephas sendiri dan bertuliskan "Souvenir von Jogjakarta". Album-album semacam itu yang berisi foto-foto sultan dan keluarganya juga kerap diberikan sebagai hadiah untuk pejabat pemerintahan seperti residen dan asisten residen. Keadaan seperti ini tentunya membuat Cephas dikenal luas masyarakat kelas tinggi, dan memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka.
      Cephas mulai bekerja sebagai fotografer kraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengkubuwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak kraton maka ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di kraton semisal tari-tarian untuk kepentingan buku karya Groneman.
      Cephas juga membantu pemotretan untuk penelitian monumen kuno peninggalan zaman Hindu-Jawa yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan yang dilakukan oleh Archaeologische Vereeniging di Yogyakarta. Proyek ini berlangsung tahun 1889-1890. Dalam bekerja, Kassian Cephas banyak dibantu Sem, anak laki-lakinya yang paling tertarik pada dunia fotografi seperti ayahnya. Kassian Cephas memotret sementara Sem menggambar profil bangunannya.
      Ia juga membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar tersembunyi Candi Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang dibuat Cephas untuk penggalian ini. Pemerintah Belanda mengalokasikan dana 9000 gulden untuk penelitian ini. Cephas dibayar 10 gulden per lembar fotonya. Cephas mengantongi 3000 gulden (sepertiga dari seluruh uang penelitian). Jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.
      Cephas adalah pribumi satu-satunya yang berhasil menguasai alat peradaban modern, itu juga yang membuatnya diakui di kalangan golongan masyarakat kelas tinggi. Buktinya ia bisa menjadi anggota istimewa Perkumpulan Batavia yang terkenal itu. Tahun 1896 ia dinominasikan menjadi anggota KITLV15 Juni 1896. Ketika Raja Chulalongkorn dari Thailand1896, ia mendapat hadiah berupa tiga buah kancing permata. Bahkan Ratu Wilhelmina dari Belanda memberi penghargaan berupa medali emas Oranje-Nassau kepada Cephas pada tahun 1901. (Lembaga Linguistik dan Antropologi Kerajaan) atas dedikasinya memotret untuk penelitian Archaeologiche Vereeniging. Ia benar-benar diterima menjadi anggota KITLV pada tanggal berkunjung ke Yogyakarta tahun
      Cephas sendiri sudah sejak tahun 1888 memulai prosedur untuk mendapatkan status "gelijkgesteld met Europeanen" atau "disetarakan dengan kaum Eropa" untuk dirinya sendiri dan anak-anak laki-lakinya: Sem dan Fares; suatu prosedur yang dimungkinkan oleh UU Kewarganegaraan Hindia Belanda pada masa itu.
      Baris Waktu Kassian Cephas (Sumber: KNAAP, GERRIT (WITH A CONTRIBUTION BY YUDHI SOERJOATMODJO) Cephas, Yogyakarta. Photography in the service of the Sultan. . Leiden, KITLV Press, 1999)
      15 januari 1845 Lahir di Yogyakarta, dari pasangan pribumi Kartrodono dan Minah
      Menurut H.J. de Graaf, Cephas adalah keturunan biologis dari Frederik Bernard Franciscus Schalk, warga Belanda yang tinggal di Yogyakarta pada pertengahan abad ke-19. (De Graaf 1981:47)
      27 Desember 1860 Usia 15 tahun, dibabtis di gereaja Bagelen- Purworejo dan melengkapi nama belakang keluarga menjadi Cephas; dari bahasa Aramic. Pada masa ini, ia mengabdi sebagai pembantu rumah tangga untuk Christina Petronella Steven (Mrs. Phillips-Steven) di Bagelen.
      1860-an Kembali ke Yogyakarta
      22 Januari 1886 Menikahi seorang wanita pemeleuk Kristen-Protestan pribumi, bernama Dina Rakijah di gereja Yogyakarta
      1861-1871 Belajar fotografi dari Simon Willem Camerik, pelukis dan fotografer untuk sultan HB VI, Yogyakarta (Locomotief 13:29-8-1864)
      1860-an Belajar fotografi pada Isidore van Kinsbergen, yang bekerja untuk mendokumentasikan barang antik penginggalan Hindu-Jawa antara tahun 1863 hingga 1875. (De Graaf, 1981:49)
      1869 Berkenalan dengan Isaac Groenaman, seorang dokter. Groenaman diangkat menjadi dokter pribadi sultan tahun 1885.
      1885 Bergabung di Vereeneging voor Oudheid-, Land-, Taal- en Volkenkunde te Jogjakarta. (Persatuan untuk Arkeologi, Geografi, Bahasa dan Etnograpfi Yogyakarta) yang didirikan oleh Isaac Groenaman.
      28 Juni 1866 Lahir anak perempuan pertama Naomi. Pada November 1882, menikah pada Christiaan Beem. Tahun 1868, Lahir anak laki-laki kedua, Jacob dan meninggal pada tahun yang sama.
      15 Maret 1870 Lahir anak laki-laki ke-tiga, Sem. Pada tahun berikutnya, mengikuti jejak ayahnya menjadi pelukis dan fotografer istana.
      30 Januari 1881 Farez, lahir. Tahun selanjutnya, 4 Juli 1881 Josef, lahir.
      1877 Mendirikan studio foto di Lodtji Kecil Wetan (sekarang jalan Mayor Suryotomo) disamping kali Code. Teknik fotografi yang digunakan adalah cetak carbon (carbon print) yang disebut pula Chromo Photographs. Diantaranya menerima foto portrait, jalan dan monumen, bangunan tua.
      1884 Melalui artikel yang ditulis Isaac Groeneman di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, atau perhimpunan seni dan ilmu pengetahuan Batavia, memuat karya Kassian Cephas foto bangunan Taman Sari, sebagai fotografer bangsa pribumi (Jawa)
      1871 Diangkat menjadi pelukis dan fotografer untuk sultan VI, Yogyakarta
      1884 Masuk ke dalam team pemotretan istana air taman sari, untuk royal Batavian society of art and science. (karya pemotretan yg pertama)
      1885 Isaac Groeneman membuat draft untuk buku berjudul In den Kedaton dan De garebeg’s te Ngajogyakarta, masing-masing memuat photograpm karya Cephas ke KITLV (Institut Kerajaan untuk Linguistik dan antropologi, yang kini berada di Leiden) di Hague Belanda.
      1886 Membeli kamera paling canggih saat itu, “Photographie Instantee”. Tipe kamera seperti ini bisa merekam hingga kecepan 1/400 detik.
      1888 Karya pertama yg dapat dilihat oleh publik, buku “ In den Kedaton te Jogjakarta “ oleh issac groneman. Buku itu berisi 16 karya collotype print yang memperlihatkan karya tari klasik Hindu-Jawa yang ditarikan oleh bangsawan keraton di kesultanan Yogyakarta, pada saat pemerintahan Sultan HB VII. Tahun ini pula, Cephas mengajukan prosedur naturlisasi derajat sosialnya, disejajarkan dengan bangsa eropa, yang disebut gelijkteld met Europeanen, untuk Cephas sendiri, Sem dan Fares anaknya.
      1890 Groeneman mempublikasikan tulisan dan gambar littograph yang berasal dari foto Cephas, tentang tarian Hindu-Jawa. Tarian ini dilaksanakan pada saat perayaan penobatan Patih, Kanjeng Raden Adipati Danureja V, bulan Agustus 1888.
      1889 Perayaan upacara sunatan pangeran Gusti Raden Mas Akhadiyat atau Hamengkunegara I. Cephas mengambil beberapa gambar tarian Hindu-Jawa, namun karyanya tidak pernah dipublikasikan pada saat itu.
      1889-1890 Masa-masa paling sibuk bagi Cephas. Dalam rangkaian pengambilan gambar untuk Perhimpunan Arkeologo Yogyakarya, dalam rangka sebagai bahan studi dan pelestarian. Diantaranya monumen, candi Loro Jonggrang, di komplek candi Prambanan. 1890, pemerintah Hindia-Belanda, menyediakan dana sebesar f. 3.000 untuk proyek dokumentasi ini. Kassian Cephas melakukan pemotretan dari tahun 1889 hingga 1890, sedangkan anaknya, Sem Cephas menggambar letak ruang komplek candi. 1891, Isaac Groenaman, mengirimkan karya Cephas ke KITLV di Hague, untuk bahan publikasi, kemudian terbit tahun 1893, terdiri dari 62 Callotype.
      1890-1891 Cephas memotret bagian dasar candi Borobudur hingga mendapatkan 164 foto, terdiri dari 160 relief dan 4 foto yang memperlihatkan keseluruhan struktur bangunan. Untuk proyek ini, Cephas memperhitungkan, akan membutuhkan 300 foto untuk memotret keselurhan candi. Karena menggunakan teknik rekam dry plate gelatin, maka dibutuhkan waktu setengah jam untuk setiap kali pemotretan, hingga total keselurhan waktu yang dibutuhkan adalah 150 jam, atau 30 hari pengerjaan, untuk setiap lima jam setiap harinya.
      1899 Proyek terakhir bersama Groeneman, mendokumentasikan pada penampilan panggung tari klasik, yang membutuhkan waktu empat hari di keraton. Sendra tari ini berdasarkan karya Gusti Pangeran Harya Surya Mataram, kakak dari HB VII. Lebih dari 150 orang terlibat dan persiapannya membutuhkan waktu setengah tahun, dan menghabsikan biaya f.30,000. Pada saat pementasan, dihadiri lebih dari 36.000 penonton. Peliputan lengkap ini, meliputi sembilan buku dengan teknik proses blok print karya fotografi Cephas, dipublikasikan di Semarang. Tahun 1902, buku ini dipesembahkan sebagai hadiah perkawinan ratu Welhelmina dan pangeran Frederik.
      Pada tahun yang sama, mendapatkan anugerah “Orange-Nassau” bersama Isaac Groneman atas hasil karyanya melakukan pemotretan budaya dan antropologi Jawa.
      1902 Membuat beberapa foto dokumentasi untuk upacara Wayang Beber, di kampung Gelaran Gunung Kidul.
      1903 Cephas pensiun dan menjadi abdi dalem di keraton sebagai mediasi untuk pengiriman pesan surat. Aktifitas memotret dilanjutkan oleh Sem
      16 Nopember 1911 Istri Kassian Cephas, Dina meninggal dunia dan karena sakit berkepanjangan, tanggal 16 November 1912 (usia 67) Kassian Cephas tutup usia. Tahun 1918, Sem Cephas meninggal dunia karena terjatuh dari kuda.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

seni seni indonesia moderen




Perjalanan Satu Abad Kesenian Indonesia Modern


  • 1841
    • Kamera fotografi masuk Batavia, dibawa oleh perwira Belanda atas perintah Kementerian Urusan Negara Jajahan di Belanda. Pemotretan yang dilakukan di Jawa Tengah gagal menghasilkan gambar.
    1844
    • Adolph Schaefer menjadi orang pertama yang berhasil membuat gambar foto di Hindia Belanda. Ia mendapat tugas dari pemerintah kolonial di Hindia Belanda untuk untuk membuat foto-foto koleksi Batavia Society of Arts and Sciences. Setahun kemudian, ia memotret Candi Borobudur.
    •  
    • News : A collection of the Prentenkabinet Leiden Pioneer photography from the Dutch Indies Adolf Schaefer (Clik) Borobudur gallery, Schaefer, 1844The German daguerreotypist Adolph Schaefer had a photo studio in The Hague. The Ministry of Colonies commissioned him to photograph the Borobudur and other art treasures on Java in 1844. This was the first time that the medium of photography was used to support Dutch archaeological research. In that time, it was still customary to have professional artists copy down the temple reliefs and other archaeological findings on paper.

      Schaefer was forced to work under primitive circumstances. There was for instance no useful space for him to prepare his plates or develop the photographs, which was difficult anyway in the hot, humid climate. On top of this, the Borobudur galleries were too narrow to get the required distance from the reliefs.

      Schaefer was unable to frame a complete relief on a single plate. He finally delivered fifty-eight photographs of the Borobudur. But archaeologist Van den Ham wasn't convinced of the usefulness of the daguerreotypes for scientific research. Due to his negative advice to the government and Schaefer's high financial demands, the project wasn't continued.

      These daguerreotypes by Schaefer are the first photographs of the archaeological treasures on Java.
      From: H.J. Moeshart, Adolph Schaefer and Borobudur, in Toward Independence, A Century of Indonesia Photographed, San Francisco 1991, pp. 20-28
      H.J. Moeshart, Adolph Schaefer, A History of Dutch photography in monographs en themed articles, Antwerpen (Voetnoot) 1984-present (in episodes)

    1857
    Albert Woodbury dan James Page mendirikan studio foto Woodbury and Pages di Batavia, yang menjadi studio foto paling sukses dan bertahan hingga awal abad ke-20.
  •  
  • News: Sebetulnya Indonesia atau Hindia Belanda saat itu adalah termasuk negara yang paling awal menerima kehadiran teknologi fotografi. Teknologi ini dibawa oleh Juliaan Munnich pada tahun 1841, hanya berselang dua tahun sejak ditemukannya teknologi fotografi oleh Louis Daguerre pada tahun 1839.

    Walaupun fotografi sudah masuk sejak tahun 1841, perkembangan secara pesat baru terjadi pada tahun 1857, yaitu saat dua bangsa Inggris Walter Bentley Woodbury dan James Page tiba di Batavia dan mulai membuka studio fotografi pada tanggal 5 Juni 1857. Tanggal 8 Desember 1858, mereka mulai mengiklankan usahanya di harian Java Bode dan menawarkan jasa pemotretan bagi umum. Walter Woodbury dan James Page bekerja sama hingga akhir tahun 1860, pada bulan Desember 1860 James Page pulang ke tanah airnya, sementara Walter tetap menekuni bisnisnya di bidang fotografi komersial bersama dengan saudaranya Henry James.

    Tanggal 18 Maret 1861, Walter Woodbury membuka studio foto atas namanya di Batavia dengan nama Photographisch Atelier van Walter Woodbury atau lebih dikenal dengan nama Atelier Woodbury yang berlokasi di sebelah Hotel der Nederlander atau sebelah Bina Graha sekarang. Usaha ini mendatangkan kemakmuran bagi Woodbury bersaudara, dikabarkan bahwa penghasilan mereka dari setiap foto yang dibuat adalah 20 hingga 120 rupiah. Sebagai gambaran, harga beras saat itu adalah 5 rupiah per picol (picol = 62 kilogram). Selain jasa potret, Walter juga menjual album fotografi yang berjudul Gezigten van Batavia atau View of Batavia yang merupakan foto topografis pertama yang dijual secara umum, diiklankan pada harian Java Bode tanggal 31 Agustus 1861.

    Studio ini semakin berkembang dan menjadi pusat fotografi terpenting di Batavia . Usahanya bukan saja menjual foto tetapi termasuk album lanskap Pulau Jawa, stereotype photo, kamera, lensa, photographic chemical dan semua hal yang berbau fotografi. Iklan studio ini selalu muncul di koran lokal, setidaknya seminggu sekali. Walter Woodbury meninggalkan Jawa dan kembali ke Inggris pada bulan Januari 1863, dan usahanya diteruskan oleh adiknya Henry James Woodbury bersama dengan James Page yang kembali ke P. Jawa. Tanggal 1 Januari 1863 nama studionya berubah menjadi Woodbury & Page Atelier dan mereka bekerja sama hingga tahun 1864. Pada bulan Agustus 1864, Studio ini dijual kepada bangsa Jerman bernama Carl Kruger. James Page sendiri kembali ke Inggris pada tahun 1864 dan Henry James Woodbury menyusulnya pada tahun 1866.

    Pada tanggal 1 Maret 1870, studio Woodbury & Page dibeli lagi oleh saudara ketiga Woodbury yaitu Albert Woodbury (1840-1900). Dan ditangan Albert inilah studio ini berkembang pesat dan mencapai puncak keemasannya. Firma ini bukan saja melayani jasa fotografi di Batavia saja tetapi juga seluruh pelosok Hindia Belanda. Apalagi saat itu Hindia Belanda dibanjiri para pengunjung dari Eropa, akibat dibukanya terusan Suez pada tahun 1869, sehingga Studio Woodbury & Page kebanjiran order. Dan puncak pencapaian Woodbury & Page adalah pada tahun 1879 yaitu mendapatkan penghargaan berupa gelar kebangsawanan dari Raja Belanda Willem III.

    Studio Woodbury & Page mengalami kelesuan bisnis sejak tahun 1890, hal ini dikarenakan banyaknya pesaing-pesaing baru yang muncul dengan teknologi kamera terbaru. Selain itu kamera juga mulai dijual massal, sehingga jasa pemotretan berkurang drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya firma ini bangkrut dan bubar pada tahun 1908.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


[sunting] Awal tahun 1900-an



Walaupun seni pahat dan arsitektur modern diperkirakan mulai berkembang di akhir abad ke-19, hasil-hasil karya seni melukis modern dapat ditemukan jauh lebih awal. Pada umumnya dapat dikatakan tahun 1863 sebagai awal kelahiran seni modern, karna pada tahun tersebut Édouard Manet menggelar pameran yang menampilkan lukisannya "Le déjeuner sur l'herbe" di "Salon des Refusés" di Paris. Menurut sejarahwan seni dan budaya H. Harvard Arnason, tahun-tahun seperti tahun 1855 (tahun dimana Gustave Courbet menggelar pameran ''The Artist's studio'') dan 1784 (tahun dimana 'Jacques-Louis David' menyelesaikan lukisannya ''The Oath of the Horatii''),adalah "momen-momen penting dalam sejarah perkembangan seni modern, walaupun tidak dapat di kategorikan sebagai tanda awal dimulainya era seni modern secara utuh.....metamorfosis yang bertahap berlangsung dalam waktu seratus tahun." [3]
Impression-Sunrise (1867) adalah Lukisan Claude Monet yang di anggap sebagai tanda dari dimulainya aliran seni impresionisme dan modernisme. Dalam kurun waktu dua dekade, para pelukis di Prancis dan seniman-seniman lainnya mempelajari arah pergerakan cahaya saat menciptakan suatu landscape atau lukisan lainnya. Dalam lukisan Paul Cézanne yang berjudulA Modern Olympia (1873-1874), beberapa peneliti melihat adanya contoh lain akan bagaimana seni modern menelantarkan Realisme dan Naturalisme dengan melalui batas-batas garis antara bentuk objek. Lukisan ini menggambarkan seorang wanita telanjang sedang berbaring di atas kumpulan awan dalam komposisi warna yang sederhana. [4]

[sunting] Awal abad ke-20

Di awal tahun 1900-an, para seniman kubisme dan surealisme, termasuk Picasso, Braque, Dali, dan Miro, melanjutkan perkembangan seni modern ke arah seni abstrak. Contohnya, di tahun 1907, Pablo Picasso sang penemu aliran seni kubisme, memperagakan bagaimana geometri dapat mengekspresikan kedalaman berbagai ragam bentuk seperti sosok tubuh perempuan dan bentuk lipatan gorden lewat lukisannya "The Dance of the Veils" (Telanjang di dalam lipatan-lipatan gorden). Pada tahun 1919, saat Georgia O'Keeffe melukis "Blue and Green Music", karya seni di America mulai dipengaruhi oleh aliran seni kubisme dan surealisme. di dalam lukisan Blue-Green ini, O'Keeffe menggunakan corak curvilinear(garis lengkung) yaitu corak dari kubisme yang melukiskan ekspresi pergerakan yang emosional dengan menggunakan warna warni perpaduan biru dan hijau. Selain itu, lukisan ini juga menunjukkan garis-garis tegas yang digunakan di dalam seni modern bila diperlukan untuk mengekspresikan konsep dengan visi artistik [5].
Seni modern dimulai dari warisan pelukis-pelukis seperti Vincent van Gogh, Paul Cézanne, Paul Gauguin, Georges Seurat and Henri de Toulouse Lautrec yang dipandang sebagai para perintis perkembangan seni modern. Pada permulaan abad ke-20, Henri Matisse dan beberapa seniman muda lainnya termasuk pra-kubisme Georges Braque, André Derain, Raoul Dufy dan Maurice de Vlaminck merevolusi dunia seni Paris dengan lukisan-lukisan yang "liar", baragam warna, panorama-panorama yang ekspresif dan lukisan-lukisan sosok manusia yang disebut oleh para kritikus beraliran Fauvism. Dua versi lukisan Henri Matisse "The Dance" merupakan titik kunci yang signifikan dalam karirnya dan dalam perkembangan seni modern. Karya tersebut mencerminkan kekaguman Henri Matisse akan seni primitif: pemakaian warna hangat yang kuat pada objek-objek diatas warna latar belakang yang adem biru kehijauan serta rangkaian gerakan yang ritmik dari sosok-sosok telanjang yang sedang menari menghasilkan cita rasa pembebasan dan hedonisme yang emosional [6]

[sunting] Pertengahan dan menuju akhir abad ke-20

Seniman-seniman seperti Jackson Pollock menggunakan teknik melukis dengan mencurahkan gaya emosional baru melalui aliran seni Ekspresionisme Abstrak. Dalam hasil karyanya In One: Number 31, 1950, Pollock menggunakan teknik memercikan cat dengan menggunakan akrilik untuk menciptakan komposisi abstrak warna putih, hitam dan abu-abu yang tajam pada kanvas berwarna coklat. Pada saat memasuki tahun 1960-an, Andy Warhol menggabungkan kebudayaan yang serba plastik dengan dunia periklanan. Dia terkenal menggunakan selebritas dan artikel-artikel iklan seperti kaleng sup Campbell untuk menciptakan seni yang merepresentasikan masa-masanya. [7]
Mendekati akhir tahun 1970-an, pada saat para kritikus mulai berbicara mengenai " akhir dari masa melukis" (judul dari tulisan yang provokatif oleh Douglas Crimp tahun 1981), media seni baru telah menjadi kategori seni itu sendiri, dengan bertambahnya seniman-seniman yang melakukan eksperimentasi menggunakan teknologi seperti seni video. Melukis kembali menjadi sesuatu yang baru dan penting di era 1980-an dan 1990-an, sebagai bukti dari bangkitnya aliran seni neo-ekspresionisme dan seni melukis kiasan. Menjelang akhir abad ke-20, beberapa seniman dan arkitktur mulai mempertanyakan apa arti kata "modern" dan menciptakan konsep baru yaitu hasil karya Postmodern [8]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS